Suku Dayak adalah salah satu kelompok adat yang mendiami pulau Kalimantan. Suku ini dikenal dengan budaya dan tradisinya yang kaya serta hubugan erat dengan alam. Keberagaman budaya Suku Dayak Kalimantan tidak hanya menarik bagi para wisatawan, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di wilayah itu.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek menarik tentang Suku Dayak Kalimantan yang membuat mereka unik dan penting bagi identitas pulau ini.
Asal-usul Suku Dayak Kalimantan
Suku Dayak Kalimantan mempunyai 268 sub-suku yang dibagi menjadi 6 rumpun, yakni Rumpun Punan, Rumpun Klemantan, Rumpun Apokayan, Rumpun Iban, Rumpun Murut, dan Rumput Ot Danum.
Setiap sub-suku dan rumpun Suku Dayak mempunyai adat, budaya, dan tradisi yang hampir sama.
Menyadur laman Kemdikbud RI, Commans (1987) membeberkan sebuah teori yang didukung oleh Inoe (1999) bahwa Suku Dayak merupakan keturunan imigran dari Provinsi Yunnan di Tiongkok Selatan, tepatnya di Sungai Yangtse Kiang, Sungai Mekong dan Sungai Menan.
Mayoritas kelompok imigran ini menyebrang ke semenanjung Malaysia dan melanjutkan perjalanan dengan menyeberang ke bagian utara Pulau Kalimantan.
Suku Dayak merupakan ras Indo-China yang bermigrasi ke Indonesia pada abad ke-11.
Tradisi Unik Suku Dayak Kalimantan
Suku Dayak Kalimantan terkenal dengan tradisinya yang unik dan khas. Berikut ini adalah beberapa tradisi unik suku Dayak Kalimantan:
- Tradisi Kuping Panjang
Tradisi memanjangkan daun telinga dilakukan oleh suku Dayak yang mendiami wilauah Kalimantan Timur. Untuk memanjangkan daun telinga, masyarakat Dayak Kaltim menggunakan logam atau pemberat yang digunakan seperti anting-anting.
Menurut aturan, perempuan dari Suku Dayak bisa memanjangkan telinga hingga dada. Sedangkan laki-laki dapat memanjangkan telinga hingga bawah dagu.
Selain sebagai simbol kecantikan, tradisi kuping panjang juga dipakai untuk menunjukkan status kebangsawanan dan melatih kesabaran.
- Tradisi Ngayau
Ngayau merupakan tradisi suku Dayak Kalimantan yang sudah dihentikan karena dianggap sangat mengerikan dan penuh dendam.
Tradisi Ngayau merupakan kehiatan berburu kepala musuh yang dilakukan beberapa rumpuk Dayak saja, yakni Ngaju, Iban, dan Kenyah.
Tradisi ini ditanamkan secara turun temurun, di mana pemuda Dayak wajib melakukan pembuktian dengan memburu kepala musuh.
Pada tahun 1874, kepala suku Dayak Kayan mengumpulkan kepala suku dari rumpun lainnya dan menyepakati hasil musyawarah Tumbang Anoi. Salah satu isi kesepatakan tersebut adalah larangan pelaksanaan tradisi ngayau karena bisa menyebabkan perselisihan di antara suku Dayak.
- Tradisi Tato Tradisional
Tradisi ini dilakukan oleh suku Dayak dari rumpun Iban. Suku ini mendiami Kecamatan Embaloh, Kabupaten Kapuas Hulu. Suku ini dikenal dengan tato sebagai seni ukir atau rajah pada tubuh.
Masyarakat suku Dayak Iban diprediksi sudah mengenal tato sejak tahun 1500 SM-500 SM. Sebagai sebuah tradisi, konon ketika perang berlangsung, tato tersebut digunakan suku Dayak Iban untuk mengenali kawan dan lawannya.
- Tradisi Tiwah
Tiwah adalah tradisi pemakanan dengan membakar tulang belulang dari kerabat yang sudah meninggal dunia.
Tradisi ini dilakukan berdasarkan kepercayaan Kaharingan oleh masyarakat Dayak Ngaju. Saat melakukan tradisi Tiwah, keluarga yang ditinggalkan akan menari dan bernyanyi sembari mengelilingi jenazah.
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Ngaju, tradisi Tiwah akan mengantarkan arwah dari orang yang sudah meninggal agar mudah menuju dunia akhirat.
Demikian informasi tentang suku dayak Kalimantan. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan pembaca.